Ayo Bergabung!

Bacaan Wajib #4: Pilih Herbal Alami atau Obat Kimia Sintetis?

Sesuai dengan perkembangan zaman yang sudah modern dan tekhnologi semakin canggih tentunya semua orang membutuhkan apa saja dan ingin secara cepat/instan. Contohnya seperti Obat, terdapat obat herbal alami dan obat kimia sintetis. Tentunya kedua obat itu sama tujuannya, yaitu untuk mengobati, namun terdapat perbedaan antara obat herbal alami dan obat kimia sinetetis:

Obat Kimia Sintetis
  1. Terdapat efek samping negatif dari obat kimia sintetis yang bisa berupa efek samping langsung maupun tidak langsung (terakumulasi). Hal ini terjadi karena bahan kimia bersifat anorganik dan murni sementara tubuh bersifat organik dan kompleks. Meski memang penggunaan bahan kimia pada tubuh dianggap sebagai sesuatu yang tidak terhindarkan, digunakan secara terbatas, dapat diterima dan ditoleransi oleh tubuh dengan kadar tertentu.
  2. Kebanyakan lebih ditujukan untuk menghilangkan gejala-gejalanya saja artinya Bersifat sympthomatis yang hanya untuk mengurangi gejalanya saja (kecuali antibiotik).
  3. Bersifat emergency. Lebih diutamakan untuk penyakit-penyakit yang sifatnya akut (butuh pertolongan segera) seperti asma akut, diare akut, bius, kejang-kejang, infeksi akut dan lain-lain.
  4. Reaksi cepat, namun bersifat destruktif artinya melemahkan organ tubuh lain, terutama jika dipakai terus-menerus dalam jangka waktu lama. Sehingga tubuh harus bekerja 2 kali, menghilangkan penyebab penyakit dan menghilangkan racun dari obat kimia sintetis.
  5. Harga relatif mahal karena Hampir semua obat kimia sintetis yang kita gunakan berasal dari luar (meski ada obat generik dalam negeri). Kalaupun murah/gratis biasanya karena ada subsidi pemerintah.


Herbal Alami
  1. Bersifat holistik (menyeluruh) sehingga tidak hanya berfokus pada penghilangan penyakit tapi juga pada peningkatan sistem kekebalan tubuh untuk melawan penyakit.
  2. Obat herbal adalah produk alami yang ditemukan di alam sehingga minim efek samping (bukan berarti tanpa efek samping ya). Namun Anda tetap perlu berhati-hati karena beberapa jenis ramuan tradisional diproduksi secara tidak higienis dan bahkan terdapat bahan-bahan yang mengandung zat-zat anorganik, toksik, dan sintetis sehingga berbahaya bagi tubuh. 
  3. Bahan aktif yang terkandung memiliki multi khasiat atau bisa menghilangkan lebih dari satu penyakit. Misalnya brazilin dalam kayu secang berkhasiat sebagai antibakteri, antifungal dan antioksidan.
  4. Aplikasinya tidak semudah minum obat kimia sintetis. perlu peracikan dari bahan-bahan alami, atau dengan bahan yang sulit dicari. bila dalam bentuk pil, perlu adanya konsistensi.
  5. Reaksi lambat namun bersifat rekonstruktif atau memperbaiki organ dan membangun kembali organ-organ, jaringan atau sel-sel yang rusak secara holistik. Kuncinya 1, yaitu konsistensi.
  6. Lebih diutamakan untuk mencegah penyakit, pemulihan penyakit-penyakit komplikasi menahun, serta jenis penyakit yang memerlukan pengobatan lama.
  7. Aman, selama tepat dosis, tepat pengolahan dan tepat penggunaan, sesuai diagnosa.


Kapan Harus Minum Obat Kimia Sintetis?
Menggunakan pengobatan alami bukan berarti anti untuk minum obat kimia sintetis. Terdapat beberapa kondisi yang memang mengharuskan untuk menggunakan obat kimia, misalnya untuk penyakit infeksi bakteri yang dibutuhkan penggunaan antibiotik, herbal bisa dijadikan ajuvan/pendukung karena kerja herbal yang lama namun rekonstruktif. atau untuk kondisi-kondisi emergency (darurat) seperti penghilang rasa sakit (bius/anestesi) ketika luka atau operasi, kejang-kejang, panas tinggi, sesak nafas parah yang dapat mengancam nyawa.

Detoksifikasi vs Efek Samping
Beberapa klaim salah kaprah sering muncul dalam istilah detoks atau detoksifikasi, terutama dalam dunia herbal alami. Banyak yang mengklaim herbal A, B, C memiliki efek detoks “neraka’ atau menyiksa, namun itu sejatinya sedang mengeluarkan racun.

Detoks sendiri adalah proses mengeluarkan racun dalam tubuh. Tubuh lengkap dengan organ-organ sebetulnya sudah diciptakan dengan sempurna oleh Tuhan termasuk dalam pembuangan racun, racun yang masuk ke tubuh dari makanan atau polusi akan dikeluarkan melalui proses fisiologis tubuh melalui organ liver, ginjal, dan gastrointestinal. zat-zat racun dikeluarkan melalui urine melalui alat genitalia, feses melalui anus, dan keringat melalui epidermis kulit setiap hari. Proses detoks adalah proses alami sehari-hari dan tidak menimbulkan efek kesakitan apapun. Adapun detoks tidak alami adalah detoks dari racun-racun berlebih karena abuse/penyalahgunaan zat toksik misalnya detoks alkohol atau detoks narkotik.

Bila anda merasakan keluhan-keluhan setelah menelan sesuatu (misalnya menjadi pusing, diare, bisulan, mual, nyari sendi, ruam kulit, gatal-gatal dll) bertindaklah karena itu bukan detoksifikasi, malah mungkin justu toksikasi (masuknya toksin dalam tubuh, sehingga tubuh memberi sinyal dengan rasa sakit). Seperti halnya demam atau nyeri otot akibat infeksi virus, tubuh berusaha "mengusir" virus tersebut dengan menaikan suhu tubuh atau mengontraksikan otot), seperti halnya anda menelan ARV (antiretorviral) yang menjadi pusing, mual, atau ruam kulit, itu adalah efek samping dari toksisitas racun dalam tubuh, bukan detoksifikasi. Bila rasa sakit disebut detoks? bagaimana membedakan rasa sakit akibat efek samping?

So, mau pakai herbal alami atau kimia sintetis? semua punya kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Pandai-pandailah memilih yang terbaik bagi tubuh anda.

Gue enggak kudet,
bangkit bersama MAHA STAR!

0 komentar:

Posting Komentar