Ayo Bergabung!

Minggu, 10 September 2017

Zat Toksin dalam Daun Gamal

Ketika berbicara terapi herbal, maka yang muncul dalam pikiran adalah mengonsumsi hal-hal yang bersifat alami, dan kebanyakan akan tertuju pada dedaunan yang dimakan begitu saja.
Perlu diketahui, tidak semua tanaman yang dimakan alami atau mentah akan memberikan manfaat. Beberapa tanaman terdiri dari banyak senyawa organik aktif, ada yang bermanfaat, ada yang merugikan. 

Salah satu sebab suatu bahan alami menjadi merugikan karena adanya zat toksin yang diproduksi tumbuhan. Tumbuhan memproduksi zat toksin diantaranya sebagai perlindungan tumbuhan terhadap patogen (misalnya eksudat akar untuk mencegah infeksi nematoda dan jamur tanah), racun untuk herbovira seperti larva atau serangga dalam bentuk resin, enzim, getah, duri, dan lain-lain. bila termakan manusia, at toksin tanaman mengakibatkan berbagai efek pada manusia, seperti diare dan masalah pencernaan, penurunan tekanan darah, pusing, nyeri sendi, mati rasa, gatal-gatal pada kulit, ruam kulit, hingga efek fatal seperti colaps. berikut adalah daftar tanaman yang memproduksi toksin bagi manusia.

Biotoksin Tumbuhan Gamal
Gamal (Gliricidia sepium), biasa digunakan sebagai tanaman pagar, tanaman peneduh terutama bagi kopi, bahan pupuk kandang,  dan paling umum di Indonesia digunakan sebagai pakan hewan ternak seperti kambing karena cepat tumbuh setelah dipotong, sehingga dapat diandalkan sebagai pakan hewan saat musim kemarau.
Selain pakan hewan, gamal digunakan pula sebagai pestisida alami. Di Amerika Latin, gamal diblender dan dicairkan lalu diaplikasikan untuk mencegah serangan hama, dijadikan bahan bilas mandi ternak untuk mencegak kutu dan kumbang, dicampur dengan gabah untuk dibuat racun tikus, dan di Filipina dijadikan pembasmi hama tanah, spora jamur dan nematoda yang menyerang tanaman umbi.

Kata Gliricidia dalam nama ilmiah gamal diambil dari penyebutan daerah di Amerika tengah dimana tanaman ini berasal, dimana Gliricidia artinya "racun tikus", hal ini karena kandungan ekstrak gamal yang banyak digunakan sebagai toksin/racun di daerah asalnya. Pemanfaatan toksin atau racun gamal diambil dari daun dan bunga.

Bagaimana dengan hewan ternak yang makan daun ini? hewan ternak seperti kambing adalah hewan ruminansia, atau hewan yang memamah biak, yang menyerap nutrisi dari tanaman dengan melalui fermentasi yang dibantu oleh bakteri. Toksin dari gamal akan hilang dalam proses ruminasi karena terdapat protein pengikat toksin tanaman dalam saliva hewan ruminansia, sehingga tidak berefek apapun bagi ternak.

Bagaimana efeknya bila ditelan manusia? seperti beberapa biotoksin yang dihasilkan tumbuhan, toksin gamal akan menyebabkan beberapa gangguan pada metabolisme tubuh. Dalam dosis ringan, biotoksin dalam gamal akan menyembabkan gangguan pencernaan seperti diare, bahkan konstipasi (terjadi bila dimakan babi atau kuda), pusing, mual, nyeri sendi, ruam kulit, dan meningkatkan beban fungsi liver.

Detoksifikasi vs Efek Samping
Beberapa klaim salah kaprah sering muncul dalam istilah detoks atau detoksifikasi. detoks sendiri adalah proses mengeluarkan racun dalam tubuh. Tubuh lengkap dengan organ-organ sebetulnya sudah diciptakan dengan sempurna oleh Tuhan termasuk dalam pembuangan racun, racun yang masuk ke tubuh dari makanan atau polusi akan dikeluarkan melalui proses fisiologis tubuh melalui organ liver, ginjal, dan gastrointestinal. zat-zat racun dikeluarkan melalui urine, feses, dan keringat setiap hari. Proses detoks adalah proses alami sehari-hari dan tidak menimbulkan efek kesakitan apapun.
Bila anda merasakan keluhan-keluhan setelah menelan sesuatu (misalnya menjadi pusing, diare, bisulan, mual, nyari sendi, ruam kulit, gatal-gatal dll) bertindaklah karena itu bukan detoksifikasi, malah mungkin justu toksikasi (masuknya toksin dalam tubuh, sehingga tubuh memberi sinyal dengan rasa sakit). Seperti halnya demam atau nyeri otot akibat infeksi virus, tubuh berusaha "mengusir" virus tersebut dengan menaikan suhu tubuh atau mengontraksikan otot), seperti halnya anda menelan ARV (antiretorviral) yang menjadi pusing, mual, atau ruam kulit, itu adalah efek samping dari toksisitas racun dalam tubuh, bukan detoksifikasi.
Bila rasa sakit disebut detoks? bagaimana membedakan rasa sakit akibat efek samping?

Memilih Herbal
Meski terdengar baik, mengonsumsi tumbuhan tanpa meneliti ilmunya justru akan mencelakakan. Lidah buaya memang baik, tapi beranikah anda menggerogotinya mentah-mentah? tentu tidak karena lendir aloe vera adalah bitoksin, harus melalui proses pembuangan toksin sebelum bisa dikonsumsi.

Sebetulnya, pilihan herbal aman dan bermanfaat banyak tersebat di muka bumi. Zat antioksidan tidak hanya dimiliki kulit manggis (siapkah menggerogoti kulit manggis hanya untuk mengambil manfaat antioksidan?) anda bisa gunakan teh hijau, bunga krisan, bawang putih, dll. 

Selalu bangkit dan cerdas bersama MAHA STAR,
Gue Enggak Kudet.

Sumber:

1 komentar: