Ayo Bergabung!

Jumat, 31 Maret 2017

VCT Wajib dan Tanpa Persetujuan: Apa, Mengapa, & Bagaimana


VCT atau Voluntary Consulting and Testing adalah suatu cara yang selama ini dipakai dalam pemeriksaan antibodi untuk infeksi HIV. Dari namanya, terlihat aman dan baik ya?

namun pada kenyataan realnya, banyak kelemahan-kelamahan dalam VCT ini.

Selain VCT ini ternyata tidak ada standar baku di seluruh dunia dan hasilnya tidak valid (bisa menghasilkan positif/negatif palsu & intermediete/tidak jelas) [baca: VCT Ternyata Tidak Terstandar dan Tidak Valid], pelaksanaan VCT juga ternyata tidak sesuai dengan standar yang ditetapkan pemerintah, yaitu soal consent dan confidential. Bahkan, pelaksanaan tes HIV ini dalam kondisi tertentu menjadi kewajiban dan persyaratan bagi sebagian orang. Hal itu tidak bs dibenarkan karena hingga saat ini, HV masih mengundang stigma dan diskrimnasi bagi orang-orang yang distampel ODHA.

Banyak sahabat MAHA STAR yang bertanya apakah mereka akan mengalami tes HIV tanpa pemberitahuan? atau apakah mereka akan diwajibkan tes HIV sebagai suatu syarat?
disini MAHA STAR akan coba untuk mengupasnya.

VCT Tanpa Consent (Persetujuan) 
Banyak curhatan sahabat-sahabat MS di grup bahwa mereka diam-diam diambil darahnya ketika di opname di RS, di periksa antibodi HIVnya, dan dibocorkan pada orang tua atau pun wali yang menjaga di RS. Atau bahkan, dipaksa setuju untuk melakukan tes HIV dan minum ARV, atau diancam tidak akan mendapatkan layanan kesehatan. Hal ini tidak dibenarkan bahkan melanggar peraturan menteri.

Dalam peraturan menteri kesehatan no. 74 tahun 2014 jelas disebutkan bahwa pelaksanaan tes HIV harus mendapat persetujuan dari individu yang bersangkutan, kecuali bagi anak dan remaja di bawah 18 tahun, informed-consent diberikan oleh orang tua atau walinya, namun mereka tetap berhak untuk mengemukakan pendapatnya sesuai dengan kemampuan umurnya.

Bahkan bagi pasien dalam kondisi kritis (adanya penurunan kesadaran) pun, tidak dibenarkan dilakukan tes HIV tanpa persetujuan yang bersangkutan. Pemberian informed consent sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan,

Untuk pasien TB, dalam peraturan tersebut tertulis: "kepadapasien TB diberikan informasi HIV dan jika pasien setuju untuk dilakukan tes HIV selanjutnya akan dilakukan tes, namun bilamana pasien TB menolak untuk dilakukan tes HIV, maka pasien TB harus menandatangani surat penolakan tes HIV, selanjutnya petugas TB merujuk ke konselor untuk dilakukan konseling dan tes HIV."

Peraturan menteri kesehatan no. 74 tahun 2014 lengkapnya bisa di download disini.

Lalu apa yang harus dilakukan bila anda diopname dengan penyakit infeksi (typus, hepatitis, TB)?
Bila anda tidak mau darah anda dites HIVnya, maka ketika perawat akan mengambil darah anda pastikan apa saja yang akan dicek di lab. Bila perlu, minta lah surat persetujuan pengambilan darah dan jenis pemeriksaan lab yang akan dilakukan, baca baik-baik klausulnya, anda berhak untuk tidak menandatangani surat tersebut bila hal-hal di dalamnya kurang jelas.
Bila anda tidak sadarkan diri, sebetulnya anda tetap berhak penuh untuk memberikan consent, bila petugas medis terlanjur mengambil darah anda, melakukan pemeriksaan lab, anda tetap perlu bertanya, tes apa yang dilakukan terhadap darah anda. anda berhak marah atas kelancangan petugas medis yang diam-diam mengambil darah anda, meski dengan alasan persetujuan orang tua, karena ingatlah, meskipun dalam kondisi tidak sadar, anda berhak memberi consent sebelum dilakukan penangan medis, lagipula, petugas medis tidak bisa memberikan alasan urgent, karena tes HIV bukan kondisi emergency seperti kecelakaan atau gagal jantung. yang perlu ditangani adalah infeksinya (TB, hepatitis, typus), bukan HIVnya. Petugas medis tetap bisa menangani penyakit infeksi tanpa harus tau status HIV anda.

Undang-Undang No. 29 tahun 2004 tentang praktik kedokteran, sebagai dasar hukum lengkapnya bisa di download disini

VCT Wajib atau Sebagai Persyaratan
Selain VCT tanpa persetujuan, ada juga sahabat yang bertanya apakah pengecekan HIV ini boleh atau bisa dilakukan untuk memenuhi suatu persyaratan?
Secara etis, tidak boleh memasukan tes HIV sebagai kewajiban atau persyaratan tertentu, namun kenyataanya masih banyak yang mewajibkan tes HIV dan mensyaratkan untuk tujuan tertentu.

VCT wajib biasanya disyaratkan untuk:

  1. Tes di lingkungan TNI dan POLRI, bahkan PNS di beberapa instansi (seperti kemenkumham) dan BUMN tertentu. biasanya sebagai rekrutmen, sebelum dan setelah tugas, dan pemeriksaan berkala. TNI, POLRI, atau pegawai yang terdeteksi HIV dinyatakan sebagai unfit/tidak sehat
  2. Tes di lingkungan LAPAS dan rumah tahanan. meski sifatnya adalah penawaran, namun untuk tahanan yang memiliki resiko tinggi  akan diwajibkan untuk menajalani tes
  3. Tes bagi calon TKI (Tenaga Kerja Indonesia), ini diwajibkan oleh negara sebelum berangkat, calon TKI yang terdeteksi HIV dinyatakan sebagai unfit/tidak sehat
  4. Persyaratan beasiswa, meski tidak etis dan tidak sesuai dengan hak asasi manusia, banyak penyedia beasiswa mensyaratkan calon penerimanya untuk bebas HIV, diantaranya beasiswa erasmus mundus dari europe union, dan juga LPDP [baca: LPDP Diskriminasi pada ODHA]. padahal, tidak ada hubungannya antara HIV dan intelegensi seseorang, dengan nutrsi dan pola hidup yang baik pun, tervonis HIV bisa hidup sehat dan bugar tanpa kendala.
  5. Persyaratan visa negara tertentu. Beberapa negara mensyaratkan bebas HIV bagi pelamar visa yang ingin masuk ke negaranya. beberapa hanya mensyaratkan bagi pelamar permanent visa, atau resident visa (tinggal lebih dari 3 bulan), namun ada pula yang mensyaratkan untuk visa kunjugan turis. negara-negara yang mensyaratkan HIV utk resident/student visa diantaranya Australia, Singapore, dll. untuk visa kunjungan/turis,negara yang mensyaratkan tes HIV diantaranya Uni Emirat Arab, Iran, Arab Saudi dan negara-negara di timur tengah. informasi visa ke negara-negara yang mensyaratkan tes  HIV bisa dicek di: hivtravel.org
VCT wajib tidak boleh dilakukan untuk:

  1. Syarat melamar pekerjaan dan syarat kenaikan jabatan
  2. Syarat menikah (pre-marital) oleh KUA setempat

Apakah medical check up yang rutin dilaksanakan di tempat kerja ada tes HIV? seharusnya tidak ada, kalau pun ada, harus mendapat persetujuan individu, dan hasilnya pun hanya boleh diberikan pada individu tersebut, tidak boleh menjadi alasan untuk naik jabatan, atau memecat karyawan hanya karena status HIVnya

Semua tertuang dalam permenkes No. 21 tahun 2013 tentang Penanggulangan HIV/AIDS. tidak boleh ada diskriminasi bagi pengidap HIV. lengkapnya bisa di download disini.

Kerahasiaan (Confidentiality) Tervonis HIV
Menurut peraturan menteri kesehatan, data-data dan status dari orang-orang yang divonis HIV adalah rahasia. namun realnya, justru petugas medis dan konselor lah yang sering membongkar dan membocorkan rahasia status HIV pasiennya. mereka berkelit dan beralasan untuk kebaikan pasien. Misalnya mereka dengan lancang membocorkan kepada sesama perawat (dengan alasan tindak preventif), kepada keluarga pasien (dengan alasan agar bisa dipantau kesehatannya), kepada pasangan pasien (dengan alasan agar tidak menulari), kepada atasan tempat pasien bekerja (dengan alasan agar pasien dapat support moral). hal-hal tersebut NYATA terjadi dan dikeluhkan banyak sahabat MAHA STAR. 
Bahkan ternyata, data-data anda sebenarnya tidak 100% rahasia!
Ketika VCT, anda diminta untuk menyertakan kartu identitas bukan? Data-data pribadi anda sebenarnya diambil untuk kemudian dijadikan database oleh kementerian kesehatan. 
Silakan lihat skema yang diambil dari permenkes no 74 thn 2014 ini:


Semua data2 identitas, rekam medis anda dimasukan ke aplikasi negara bernama SIHA (Sistem Informasi HIV AIDS), sistem ini memiliki server pusat dan dapat diakses secara online oleh pihak-pihak yang berkepentingan. Jadi, hasil tes anda akan dibuat laporan oleh para PL atau konselor yang keukeuh meminta-minta pada anda agar anda mau VCT, setor ke KPA untuk kemudian diinput ke SIHA, lalu data status HIV anda masuk ke dinas kesehatan tingkat provinsi, kota hingga kabupaten. anda mungkin bisa kapan saja dihubungi (bahkan didatangi) oleh KPA, konselor, dll. Parahnya, tidak akan ada lagi kesempatan anda mencoba validitas VCT karena data anda sudah masuk sistem online. jadi bila anda sudah tes di jakarta, iseng tes di balikpapan, kemungkinan besar hasil tes anda akan tetap reaktif.
Jadi, benarkah VCT menjamin kerahasiaan data anda? tentu tidak!

Jadi, inilah kenapa MAHA STAR mengkritisi sistem VCT di negeri ini, dan sangat tidak merekomendasi anda utk VCT. Selalu kritislah terhadap semua kebijakan terutama terkait HIV/AIDS.

Bangkit bersama MAHA STAR!

A.S.

Kamis, 09 Maret 2017

Koma karena efek samping ARV

Dulu aku koma di RS gara gara epek ARV.

Tak seharus nya aku menyalahkan LSM, krna ini kebodohan ku.
Dan tak seharus nya aku menyalahkan ARV krna itu juga kebodohan ku.
Andai aku pintar pasti aku gak akan mau di ajak LSM buat VCT.
Dan andai aja aku pintar pasti ku tolak itu ARV.
Padahal udah jelas bnyak pasien di ruangan Dokter yg udah mengonsumsi ARV dan mereka udah lama mengonsumsi ARV nya. Itu wajah mereka pada hitam. Kulit nya pada gosong bahkan ada yg di kursi roda ada juga yg udah lupa ingatan kondisi nya parah wajah nya gosong.
Pasti itu epek dari ARV. Sebab aku tanya sama pasien yg kulit nya sedikit loreng kata nya dulu warna kulit baik baik aja gak loreng loreng kya macan tutul. Tp skrg jadi loreng loreng.
Oh Tuhan maafkan hamba. Jadi kepikiran dgn mereka yg udh parah...


Payudara Pria Membesar. Dokter baru mengakui itu efek samping ARV, setelah pasien komplain krn dpt ilmu dari MAHA STAR

Tgl 25 Januari 2015 aku ikut test VCT di.sebuah puskesmas atas saran dari seseorg yg LSM ..wktu itu hr minggu..berbarengan dgn aku cek kutil kelamin wktu itu...seminggu kemudian aku ke puskesmas utk mengetahui hasilnya...dan aku dinyatakan POSITIF...kemudian mrka menyarankan aku utk CD4 ...cuma wktu itu aku blm menjalankannya...setelah divonis itu aku masih konsumsi habbat krna kebiasaanku..dan berat badanku bertambah terus sampai 62 kg...
3 bln dr aku VCT aku ajak istri VCT juga dan hasilnya Negatif ktnya....dan di bln mei 2015 aku CD4 hasilnya sel darah putihku cuma 156 kl gak salah.( disebuah RSUD )..aku disuruh rogten paru2 utk mengetahui aku kena tbc atau gak...ternyata aku bersih dr tbc. .kemudian 2 minggu sblm lebaran di 2015 itu..aku lupa blnnya...aku mulai di kasih obat ARV...astagfirullah efeknya aku kaya org linglung...aku konsul ke dokternya ktnya emang begitu efeknya tp gak lama cuma seminggu.  dan aku di suruh beli obat anti mual wktu itu....tp nafsu makan ku langsung drastis turun..bb pun perlahan2 turun sampai 54 kg wktu itu...tp aku tetap melanjutkan ARV ..kt dokter ARV itu satu2 obat utk melawan VIRUS HIV walaupun tdk menghilangkan...ktnya cuma membuat virus tak berkembang...dan diakhir 2016 kmrn aku mulai merasakan efek lain...payudara membesar...Aji kira kanker..tp setelah aku konsul ke Tgl umum ktnya bukan...terus aku ketemu group maha ini...aku baca sebuah artikel..dan ternyata itu efek dari ARV...aku ty ke dokter yg di RSUD kmrn akhir Februari dan dia mengakui bahwa itu efek dr ARV...mknya aku putuskan utk berhenti ARV di awal Maret ini..



Jutaan Rupiah melayang & kesehatan menurun setelah dipaksa minum ARV


2016 -02-19 saya di nyatakan positif hiv
Semenjak itu saya menjadi setres dan mengurung diri, sampai akhir nya saya kehilangan pekerjaan,
Semua harta benda, sudah terjual karna berobat ke dokter
Di rujuk kesana,  dirujuk kesini,  jumpa dokter sana dan dokter sini, tes hiv sampe 3x ,  saya hitung2 jutaan uang saya yang sudah saya keluarkan
Dan di paksa konsumsi arv, pertama saya minum,  saya merasa kehilangan akal,  dan ilusi,
1minggu badan saya masih lemes, mual, muntah, demam, saya pergi ke dokter lagi,  dan dikatakan nya itu BAGUS,,,  karna obat nya berpungsi dan lancar
Dan saya stop arv 1 january 2017,
Mengapa saya stop arv?   Karna badan saya semakin kurus, dan gampang demam,  kena hujan, demam, kecapekan, demam,  dikit2 demam,
Semenjak saya stop arv,  sudah jalan 3 bulan saya sehat tanpa beban,
 Dan saya latakan SELAMAT tinggal arv 💩
Sekarang saya sedang berusaha membujuk teman sebaya saya,  karna sangat banyak temen2 odha saya masih minum arv,  sampai sekarang,
Saya kasihan sama mereka,  saya ingin mereka mengikuti jejak saya,  agar temen saya bebas arv
Saya juga kasihan,  melihat mereka,  karna pekerjaan nya terganggu,  dengan acara perkumpulan setiap minggu (odha)
Dan saya minta saran nya sama kakak/abang disini!!!
 Bagai mana caranya meningkatkan berat badan tanpa obat2an bahan kimia
Tolong kasih info nya ya semua 😭

Sekali lagi saya katakan  rugi, gara2  arv,
Jabatan saya hilang, dan harta benda sudah terjual

Salam satu nasif 😍😘😘




Rabu, 08 Maret 2017

Eksistensi HIV, Ada atau Tidak?


Dari sekian banyak topik diskusi, pertanyaan "jadi apakah virus yang disebut HIV itu ada atau tidak?" adalah pertanyaan yang sering muncul, well, kami disini coba runutkan.

Kami sarankan, anda baca tulisan ini secara runut dari awal hingga akhir tanpa skip untuk mengkonstruksikan logika anda, jangan biasakan menjadi manusia yang ingin instan, ketika bertanya harus segera dijawab.

Sebelum ke jawaban, anda harus tahu terlebih dulu hakikat sains/ ilmu pengetahuan.
perkembangan ilmu pengetahuan dan fakta-faktanya tidak akan pernah mencapai kepastian, artinya dalam ilmu pengetahuan/sains tidak ada titik akhir.
loh kenapa? karena fakta ilmiah terus bertambah, terus berkembang, terus maju tanpa batas, tanpa ada hasil akhir.

Dalam metode ilmiah (Scientific method), semua fakta berawal dari bertanya (inquire), lalu berhipotesis, mengobservasi, Menyimpulkan, mengevaluasi hasil lalu dari hasil akan muncul kembali banyak pertanyaan. begitu seterusnya proses saintifik berlangsung, tanpa titik akhir.

Ingat pro dan kontra dalam fakta ilmiah dan faham di dunia?
evolusi vs kreasi, pro-vaksin vs anti-vaks, bumi bulat vs bumi datar, kapitalis vs sosialis, demokrasi vs komunis, climate change believer vs climate change denialist.
kenapa bisa ada pro dan kontra? karena manusia melakukan scientific method sendiri.

Ingat perkembangan ilmu yang pernah terjadi di dunia?
geosentris (bumi pusat tata surya) menjadi heliosentris (matahari pusat tata surya).
dulu geosentris diterima luas di masyarakat dan menjadi fakta ilmiah dikalangan scholar, orang-orang yang menentangnya dianggap sesat oleh gereja bahkan dihukum mati oleh kerajaan, setelah ditemukan telescope fakta yang dulu dianggap sesat -- yaitu heliosentris, sekarang diterima secara luas dan menjadi fakta ilmiah.

Contoh lain adalah death plague abad pertengahan, sebelum ditemukannya antibiotik, death plague dianggap sebagai kutukan, guna-guna oleh penyihir bahkan wanita-wanita yang dituduh tukang sihir dibakar hidup-hidup.

kenapa fakta ilmiah bisa berubah seperti itu? karena ilmu berkembang ke arah yang tidak disangka-sangka. tidak ada kata absolut untuk fakta ilmiah.
sekarang HIV disebut sebagai mightiest virus in the world yang belum bisa dimusnahkan dan tidak ada obatnya, tentu menurut filsafat ilmu, pernyataan ini bersifat RELATIF dan TIDAK PASTI/TIDAK ABSOLUT, selalu dan pasti ada fakta lain yang belum diketahui.

Jadi, ketika anda ngotot ingin jawaban pasti, anda harus camkan bahwa, fakta ilmiah itu relatif dan tidak absolut. Semua fakta ilmiah yang beredar sekarang suatu saat nanti akan berkembang, mungkin dengan sesuatu yang tidak disangka-sangka.

Kembali ke inti pertanyaan, apakah virus HIV ada atau tidak?
jawabannya: ada dan tidak ada.

Yuk, kita flashback ke beberapa tahun lalu ketika kasus HIV/AIDS ini mulai muncul.
tahun 1982, Luc Montagnier seorang ahli virologi dari Pasteur Institute di Perancis diminta untuk meneliti sebuah kasus penyakit yang pada waktu itu diberi nama GRID (Gay Related immune Deficiency), kemudian objek seluler yang saat ini disebut HIV ditemukan oleh Luc Montagnier dan diberi nama LAV (lymphadenopathy-associated virus).
Pada waktu yang tidak terlalu jauh, tim peneliti dari Amerika yang dipimpin oleh Roberto Gallo di National Cancer Institute juga meneliti spesimen dari Luc dan memberi nama HTLV-III (human T-lymphotropic virus type III) 

Karena LAV (temuan Luc) dan HTLV (temuan Gallo) berasal dari spesimen yang sama maka saat itu temuan mereka diberi nama HIV (Human Immunodeficiency Virus) sebagai jawaban dari kasus GRID dimana imunitas pasien turun. Roberto Gallo kemudian mengklaim bahwa virus HIV menyebabkan AIDS dan doktrin ini diterima begitu saja oleh masyarakat dan diamini oleh komunitas kedokteran yang segera mengujicoba sebuah obat dari perusahaan farmasi yang katanya dapat mengendalikan perkembangan virus, obat ini disebut antiretroviral (ARV), pada saat itu dikenal sebagai AZT (Zidovudine).

Tahun 1990an terbongkar bahwa Roberto Gallo melakukan pemalsuan dalam klaim isolasi HIV, sebuah nota yang ditemukan di National Cancer Institute menyatakan bahwa objek yang diberi nama HTLV-III oleh Gallo tak lain dan tak bukan hanya sekumpulan objek sampah sisa dari sel-sel yang rusak (baca: Bukti Penipuan Roberto Gallo atas Klaim Isolasi HIV) maka secara langsung, Luc Montagnier didaulat sebagai penemu HIV yang kemudian dianugrahi penghargaan nobel bidang kedokteran dan fisiologi atas temuannya pada LAV (yang sekarang diberi nama HIV).

Luc Montagnier dalam sebuah wawancara mengatakan bahwa sebenarnya virus HIV tidak berbahaya dan dapat dihilangkan dengan perbaikan nutrisi, dan justru kondisi AIDS yang ditakuti itu sebenarnya karena tertekannya imunitas akibat asupan makanan yang salah, termasuk akibat dari keracunan obat AIDS itu sendiri, yaitu ARV. (Baca: Wawancara Luc Montagnier: HIV dapat Sembuh dengan Perbaikan Nutrisi)

Foto saat Luc Montagnier mendapat penghargaan Nobel bidang kedokteran dan fisiologi tahun 2008 atas temuan LAV (yang sekarang disebut HIV)

Namun dunia sudah terlanjur menerima doktrin bahwa HIV menyebabkan AIDS, dimana perusahaan-perusahaan obat sudah terlanjur memproduksi massal dan memasarkan ARV ke seleuruh dunia, dimana yayasan-yayasan sudah terlanjur menerima donasi untuk penanggulangan AIDS, dimana pakar-pakar medis sudah terlanjur menyetujui secara konsensus doktrin bahwa HIV menyebabkan AIDS dan mengadakan seminar-seminar ilmiah bernilai jutaan dollar.
Mengungkap fakta bahwa ternyata HIV tidak menyebabkan AIDS berakibat pada hilangnya miliaran dollar tiap tahun yang didapat oleh perusahaan farmasi, tutupnya yayasan-yayasan penerima donasi AIDS, rusaknya kredibilitas dokter-dokter yang pernah menyetujui konsensus. seperti lingkaran setan, fakta ini ditutup-tutupi dan bahkan disebut sebagai pseudoscience (sains palsu).

Setelah fakta itu terungkap, banyak pakar-pakar medis mulai bersuara dan menentang doktrin sesat bahwa HIV menyebabkan AIDS, salah satunya Peter Duesberg, ahli biologi yang menentang bahwa HIV menyebabkan AIDS dalam bukunya Inventing AIDS Virus.

Senada dengan Duesberg, seorang ahli biokimia penemu teknik PCR (Polimerase Chain Reaction) dan peraih penghargaan nobel bidang kimia, Kary Mullis, menyatakan bahwa HIV tidak menyebabkan AIDS, dan bahkan dengan lantang menyatakan bahwa HIV itu sebenarnya hanya sebuah objek yang terdeteksi oleh pembacaan antibodi untuk membenarkan AIDS, yang artinya, virus HIV itu sebetulnya tidak ada dan hanya reaksi antibodi belaka.

Foto Kary Mullis saat setelah menerima penghargaan Nobel bidang kimia atas temuan PCR

Jadi, ketika muncul pertanyaan, apakah HIV itu ada atau tidak?
Berdasarkan paparan Luc Montagnier (penemu HIV & penerima nobel kedokteran), HIV itu ada, namun tidak menyebabkan AIDS bahkan dapat dihilangkan dengan perbaikan asupan nutrisi yang baik.
Berdasarkan paparan Kary Mullis (penemu PCR & penerima nobel kimia), HIV itu hanyalah objek belaka yang bereaksi pada pemeriksaan antibodi, patut diragukan eksistensinya.

Bahkan, fakta ilmiah mulai berkembang dan membuktikan bahwa, justru kondisi AIDS adalah reaksi dari penggunaan kimia berat yang terkandung dalam obat ARV seiiring dengan mulai bermunculannya orang-orang yang sehat bertahun-tahun setelah divonis mengidap HIV namun tanpa pernah menelan ARV.

Jadi, ini lah kenapa gerakan MAHA STAR diilhami oleh dua ilmuan yang keduanya menerima penghargaan nobel. Kami menyampaikan apa yang sebenarnya terjadi yaitu:
HIV ada namun tidak menyebabkan AIDS, bahkan karena HIV dijadikan pembenaran, sudah saatnya mempertanyakan kembali, benarkah HIV ini seperti yang sekarang digembar-gemborkan? atau memang hanya sebuah objek seluler belaka?

Jawaban apapaun yang anda pilih semua itu bergantung pada nalar berpikir kritis anda dan akan mempengaruhi semua tindakan yang akan anda lakukan berikutnya.

Luc Montagnier, sang penemu HIV, penerima nobel kedokteran, menyatakan bahwa yang paling penting adalah perbaiki asupan nutrisi anda, kualitas air anda, gaya hidup sehat anda dan minimalisir tingkat stress dan kimia buatan berbahaya dalam tubuh anda. Bila anda yakin dengan fakta ilmiah ini, maka rubah lah gaya hidup anda menjadi lebih positif.

Bangkit dan Sehat bersama MAHA STAR!

A.S.